Senin, 20 Oktober 2008

BELAJAR DAN PERKEMBANGAN MANUSIA

Oleh Muhammad Yaumi

A. Perkembangan Manusia

Salah satu aspek yang sangat menarik untuk dikaji tentang teori social development (perkembangan sosial) adalah konsep reciprocal (hubungan timbal balik). Reciprocal adalah suatu proses timbal balik antara human development, perkembangan dari dalam diri seseorang, dengan human learning, perkembangan dari luar diri seseorang. Artinya, perkembangan dari dalam diri seseorang mengalami proses reciprocal dengan apa yang sesungguhnya dipelajari dan diperoleh melalui lingkungan.Walaupun demikian, proses siklus yang terjadi dalam diri seseorang akan lebih banyak berperanan di dalam aktualisasi diri. Ketika seorang guru berdialog dengan siswanya di dalam ruangan kelas, maka terjadi proses timbal balik secara interaktif dalam menciptakan makna, making meaning, dalam pembicaraan di mana siswa dapat mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan hasil olahan sendiri setelah mendapat pengajaran dari gurunya. Hal ini menjadi masalah psikologis tersendiri di dalam mengkonstruksi pengetahuan karena sangat tergantung dari sejauh mana seseorang dapat mengolah aspek dari dalam diri dan memadukannya dengan pengetahuan baru yang diperoleh melalui proses belajar. Jadi, reciprocal bukanlah suatu proses pemerolehan pengetahuan yang dilakukan dengan cara plagiat, menjiplak atau mengkopi-pastekan, melainkan dilakukan dengan menformulasi kembali berdasarkan hasil penalaran mendalam sehingga mampu mengkonstruksi berdasarkan pengertian sendiri dengan menggunakan bahasa sendiri.

Hal lain yang menjadi fokus perhatian dalam studi perkembangan manusia juga adalah terjadinya unshared environment, lingkungan yang tidak terbagi, ketika terselenggaranya proses pembelajaran. Unshared environment adalah suatu kondisi lingkungan di mana peserta didik mendapat pengetahuan yang tidak terbagi unshared, antara peserta didik yang satu dengan yang lainnya. Seorang guru menyajikan mata pelajaran kepada siswa dalam suatu ruangan kelas yang sama, menggunakan metode yang sama, dan mendapat materi pelajaran yang sama, tetapi tingkat perbedaan pencapaian pemerolehan pengetahuan siswa dapat berbeda-beda tergantung dari pengaruh reciprocal (timbal balik) antara proses pengolahan internal anak didik dengan kemampuan untuk memperoleh pengetahuan baru.

B. Human Learning and Human Development (Belajar dan Perkembangan Manusia)

Dalam studi perkembangan manusia pada masa-masa sebelumnya, human learning dipandang sebagai sesuatu paham yang sangat terpisah dengan human development. Hal ini disadari mengingat kedua pandangan ini sangat menitikberatkan pada dua aspek yang berbeda. Di satu sisi, human developmant lebih mengartikan perkembangan itu hanya dari dalam diri seseorang, sedangkan di sisi lain human learning berasal dari luar diri seseorang (lingkungan). Walaupun terdapat beberapa perbedaan mendasar, tetapi kedua pandangan ini mempunyai banyak persamaan. Jika kita menyimak lebih dalam tentang apa yang telah dikemukakan oleh Vygotsky bahwa tanpa lingkungan belajar yang kondusif atau invitational learning environment, maka tidak akan mungkin terjadi human learning yang pada gilirannya akan membawa dampak kegagalan pada human development. Jadi, keduanya merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama, terjadi proses reciprocal yang membangun satu kesatuan yang utuh dalam mempengaruhi pertumbuhan manusia.

Walaupun terjadi beberapa perbedaan di antara kedua human learning dan development, tetapi terdapat juga kesamaanya, yaitu keduanya sama-sama membawa dampak perubahan dalam diri manusia. Jika human development membawa dampak perubahan dalam diri anak sesuai dengan tahap-tahap perkembangannya, sedangkan human learning membawa dampak perubahan dari hasil pengaruh sosial budaya uang melingkupinya. Hal ini bebrbeda dengan pandangan Ivan Pavlov yang mengatakan bahwa berikan saja pengaruh-pengaruh kepada anak, maka dia pasti akan berubah. Pandangan ini sebenarnya hanya berlaku bagi perubahan yang terjadi pada binatang seperti halnya anjing tetapi tidak selamanya dapat terjadi pada diri manusia. Karena ada aspek-aspek subjektif yang tidak dapat dideteksi secara gampang dalam kaitannya dengan human development.

C. Perbedaan Pandangan antara Piaget dan Vygotsky tentang Perkembangan

Piaget memandang bahwa terdapat tahapan-tahapan perkembangan kognisi anak seperti umur 0-2 tahun adalah tahapan pengembangan sensory-motor stage, tahap perkembangan sensori motor, umur 2 sampai 5 tahun adalah tahapan preoperational stage, umur 7 – 11 tahun adalah tahap concrete operation sifatnya universal. Pandangan inilah yang dianggap keliru oleh banyak pihak yang tidak sependapat dengannya. Piaget dianggap terlalu menekankan pada human development tanpa melihat lebih dalam pengaruh lingkungan. Namun demikian, Piaget digolongkan sebagai tokoh ”pendobrak” yang telah berhasil mengubah paradigma lama tentang belajar yang menitikberatkan pada teacher center menjadi terfokus dalam diri pemebelajar, learner center. Artinya, learner mengkonstruksi pengetahuan berdasarkan pemahaman mereka sendiri. Teori Piaget kemudian dimodifikasi melalui teori NeoPiagetians yang menggali suatu proses yang dikenal dengan istilah Human Information Prosessing, prosesing informasi manusia, yang diprakarsai oleh tokohnya yang bernama Bronfen Brenner. Teori ini dikenal juga dengan sistem ekologis yang terbagi ke dalam empat bagian yaitu , (1) ekologi micro, yakni lingkungan orang tua dan anak, (2) ekologi meso yakni sekolah dan lingkungan sekitar, (3) ekologi ekso, yang terkait dengan budaya, dan (4) makro. Keempat ekologi ini dipandang sebagai sistem yang sangat berpengaruh dalam human development dan learning dan bukan seperti teori Piaget tentang pertumbuhan intelektual manusia yang dikenal dengan istilah asimilasi dan akomodasi. Piaget memandang bahwa Asimilasi melibatkan penggabungan pengetahuan baru dengan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya. Akomodasi berarti perubahan struktur pengetahuan yang sudah ada sebelumnya untuk mengakomodasi hadirnya informasi baru. Yang pertama berfungsi untuk menambah pengetahuan, sedangkan yang kedua merujuk pada terjadinya penemuan tentang sesuatu. Penyatuan dua proses asimilasi dan akomodasi inilah yang membuat anak dapat membentuk schema(tunggal) dan jamaknya schemata.

Sedangkan Vygotsky telah memberikan kontribusi penting dalam perkembangan manusia dengan membuka wawasan baru melalui perspektif cross cultural, lintas budaya. Di samping itu, Vigotsky juga telah menanamkan adanya proses akselerasi dan peningkatan kadar mental dalam menempuh pendidikan. Semuanya ini membawa konsekwensi terhadap perubahan masyarakat informasi, information based society yang menuntut terciptanya human capacity development, pengembangan kapasitas manusia. Hanya saja, semuanya dapat menjadi kendala besar terhadap gender, rakyat kecil, dan daerah terpencil di dalam mengembangkan kapasitas manusia. Oleh karena itu kita hendaknya berpikir dan bertindak cepat dalam menciptakan fleksibilitas, keterbukaan, berpikir kritis dan kreatif dan menumbuhkan dexterity, ketangkasan, dalam memahami masyarakat yang berbasiskan informasi seperti sekarang ini. Hal inilah yang merupakan kelajnutan dari pemikiran Vigotsky tentang cultural, budaya.