Kamis, 25 Desember 2008

Karakteristik Siswa dalam Pendidikan Multikultural

Muhammad Yaumi


A. Pemahaman Guru Terhadap Identifikasi Kelompok

Salah satu aspek yang paling penting untuk dipahami oleh guru dalam pembelajaran adalah karakteristik siswa yang tingkat keberagaman dan latar belakangnya berbeda. Sebagaimana diketahui bersama bahwa kelompok struktural dalam multikultural dapat diidentifikasi melalui enam kategori, yakni; suku, ras, bahasa, status sosial, religi, dan letak geografis. Keenam kategori ini memiliki equity dan equlity, persamaan dan keadilan hak untuk mendapatkan pembelajaran dalam kehidupan bernegara. Terkadang muncul pertanyaan yang sifatnya subjektif dalam diri seseorang, “kenapa orang cacat, disabilities, tidak digolongkan dalam kelompok sosial multikutural?” Pertanyaan ini dapat dipahami bahwa para disabilities itu lebih cenderung digolongkan menurut variasi psikososial yang berbeda. Seperti halnya ras dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yakni Afrika, Mongolia, dan Eropa, tetapi dapat juga digolongkan menjadi beberapa golongan sesuai dengan evolusi dan perkembangan masyarakat. Misalnya etnik melayu Thailand (Tailan) berbeda dengan etnik melayu Sumatra, etnik Melayu Jawa tidak sama dengan etnik Melayu Gorontalo. Perbedaan seperti inilah yang disebut dengan psycho social variation, variasi psikososial.

Demikian pula yang terjadi pada tingkat kelas sosial masyarakat, social class, walaupun berada pada tingkat sosial menengah, middle class antara middle class yang berada di papan atas dan papan bawah pasti terjadi perbedaan. Klasifikasi seperti ini juga terjadi dalam struktur religi, etnis, bahasa dan letak geografis. Khusus dalam struktur bahasa misalnya antara bahasa Inggris yang digunakan di Inggris berbeda dengan bahasa Inggris yang digunakan di Negara lain seperti, Singapore, Malaysia, Indonesia, dan negara-negara lain di dunia. Dari perspektif linguistik, dialek melayu Indonesia dan Melayu Malaysia, Singapura, dan Brunei Darussalam memiliki perbedaan yang signifikan walaupun berasal dari rumpun yang sama. Begitu pula dengan perbedaan geografis, dan sebagainya Jadi, kelompok struktural multikultural dapat dipecah lagi menjadi menjadi beberapa variasi psikososial dan latar belakang inilah yang harus diperlakukan dengan pendekatan tertentu agar peserta didik tidak dirugikan dalam pembelajaran. Seorang guru yang memiliki kemampuan untuk memahami keberagaman multikultural, maka akan mampu menformulasi materi pengajarannya sesuai dengan konteks dan kondisi muridnya karena keberagaman kultural seperti ini sangat terkait dengan perbedaan kognisi. Misalnya materi kuliah yang disampaikan pada jenjang S2 harus berbeda berbeda dengan materi yang disampaikan pada jenjang pendidikan S3 walaupun dengan mata kuliah yang sama dan dalam suatu institusi yang sama, apalagi jika diberikan kepada lembaga pendidikan yang berbeda. Media, strategi, dan materi perkulian yang hendak disampaikan pada jenjang pendidikana S2 yang ada di Universitas Negeri Jakarta (UNJ) memiliki perbedaan yang signifikan dengan media, strategi, dan materi perkulian yang hendak disampaikan pada jenjang pendidikan S2 di Perguruan tinggi lain seperti Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung Jadi harus disesuaikan pada taraf kognisi pada pembelajaran dalam masyarakat yang kompleks . Bagi guru penting untuk menyeleksi apa yang dalam ilmu disebut konsep-konsep esensial kemampuan kognisi mana yang fundamental atau yang menguasai konsep–konsep esensial dalam pembelajaran itu.

B. Pemahaman Guru terhadap Identifikasi Individu

Kreatifitas adalah modifikasi sesuatu sesuatu yang sudah ada menjadi konsep suatu baru. Dengan kata lain bahwa terdapat dua konsep lama yang dikombinasikan menjadi suatu konsep baru. Kreatifitas Memiliki tiga tahap, yakni; orisinilitas, psikodilik, dan iluminasi. Psikodilik adalah ciri extention of the mind atau extention of emotion atau perluasan wawasan, perluasan kedalaman pada emosi dalam pembelajaran bahwa ketika kita belajar, maka terjadi pembentukan kognisi sehingga kita memiliki wawasan yang luas. Sedangkan, iluminasi adalah suatu pencerahan terhadap sesuatu seperti hukum, dalil, rumus, dengan menemukan, membenarkan, atau menolak temuan itu. Artinya, menemukan sesuatu yang baru berdasarkan kajian mendalam terhadap sesuatu. Kreatifitas di atas merupakan konsep-konsep yang fundamental yang perlu dijadikan kerangka dalam mengembangkan dan melahirkan ilmu pengetahuan baru. Konsep tersebut harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan aktifitas pembelajaran yang berlangsung di lembaga-lembaga pendidikan. Jadi, kemampuan kognitif tertentu yang fundamental harus dapat diperolehkarena manusia itu belajar dan memperoleh pengetahuan yang sangat spesifik dalam perkembangan kemampuannya. Spearman dalam suatu teori factor mengatakan bahwa manusia memiliki faktor umum yang dilambangkan dengan G yang berarti General Factor yang merujuk pada kemampuan genetis, bawaan lahir. Di saming itu manusia juga memiliki factor khusus yang dilambangkan dengan S yang artinya specific factor yakni kemampuan-kemampuan yang dikembangkan melalui pengaruh lingkungan spesifik termasuk pengaruh dari budaya setempat, rumah tangga, sekolah, dan lain-lain.

Wechster Bellevue dalam CPS (2008) mengatakan bahwa kemampuan khusus memang perlu dibentuk, tetapi faktor multikultural tidak dapat diabaikan. Artinya, terdapat beberapa faktor G yang terkait dengan S, tetapi faktor G yang asli yang tidak terkait dengan S nya memiliki ciri tersaring esensial, memori yang sifatnya umum, kemampuan belajar, memiliki persepsi pendengaran yang luas memiliki kemampuan menjaring sesuatu, memiliki kecepatan kognisi. Anak yang berbakat memiliki kecepatan menangkap, berbicara, dan mengambil keputusan. Jadi orang yang cepat mengambil keputusan pada umumnya adalah tergolong orang-orang yang pintar, Ini di kembangkan lagi oleh lingkungan menjadi factor-factor specific kombinasi dari faktor G. Pendidikan klasikal yang pada umum tidak dapat menggapai kemampuan spesifik dijabarkan dari faktor G yang begitu rinci dan detail, kecuali melalui ZPD. Dalam ZPD dikatakan bahwa dimensi sosio kultural dari pembelajaran harus selalu diperhatikan di samping guru harus terampil dan harus selalu belajar bahwa pembelajaran tidak terlepas dari konteks sosial.